Sahabat... Ketika ajal menjemputku nanti, kuharap ada bias-bias kebaikan amal yang sedia menemaniku.
Ketika maut merenggutku nanti, ku ingin bersandar pada tirai warna
pelangi bertudung sutra senja dari ketulusan budi dengan iman di hati
sebagai bekal yang akan ku bawa nanti.
Ketika malaikat maut mengunjungiku nanti di atas pembaringan jasad, kunanti bimbinganmu menuntun lafadz thayyibah nan indah.
Ketika sakaratul maut nanti, meski tak sempat sebenarnya ada yang ingin
aku sampaikan kepadamu sahabat. Sebentar lagi akan sirna semua nikmat
duniawi, beberapa detik lagi tak 'kan kau jumpai senyum, canda, bahkan
tangis dari raut muka kotor ini. Hanya berharap semoga ikatan yang dijalin di atas pondasi cinta dan benci semata karena Allah bisa
mempertemukan kita di syurga nanti.
Janganlah bersedih hati atas
prahara ini.. Hapus air matamu.. Aku akan menunggumu karena pasti suatu
saat nanti kau akan menyusulku. Ambillah kebaikan dari ikatan ini supaya
manfaatnya masih bisa kudapati, dan aku berharap engkau tidak
menceritakan kepada orang- orang atas keburukan yang telah aku lakukan
selama hidupku. Ku nanti syafaatmu, ketika malaikat penjaga neraka
meluluh-lantahkan ragaku dan membakar kulit tipis ku, supaya aku bisa
merasakan wangian syurga bersamamu.
Saat jasadku diusung di
dalam keranda berbalut harum kenanga dan melati, do’akan aku. Semoga
setelah kau kuburkan nanti, dengan Rahmat dan belas kasih-Nya bisa
kujawab pertanyaan-pertanyaan dari kedua malaikat itu. Agar lapang
kuburku, supaya tak kualami penyempitan kubur yang akan meremukkan
tulang-tulang rusukku.
Salam kesejahteraan kusampaikan
untukmu... Bagimu masih ada waktu memperbaiki diri dan memperbanyak amal
shalih. Sekarang waktuku hampir habis, aku akan merindukan saat kita
larut dalam sedu tangisan dzikir malam itu....
Di atas pembaringan Rumah Sakit Antonius Pontianak, 11 Juli 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar