MUHASABAH DIRI Mutiara Bening
Allaah.. Allaah.. Allaah...
Ya, Allaah kulidahkan bahasa jiwa atas sajadah basah
dengan rupa wajah bersalah setiap aku bersijingkat mendekap mesjid
menguntai wirid, merajut tasbih dan tahmid menjeritkan debu-debu yang
lekat pada tubuh.
Allaah... Allaah... Allaah..
Ya, Allaah,
kupahami bahwa sejatinya hidup berasal dari lubang menuju ke sebuah
liang gelap, pekat, dan dingin. Kusadari bahwa di dalam diri ini
menganga 9 lubang. Lubang-lubang itu senantiasa terbuka. Terus
mengangakan luka sebab ternyata mulut ini tak pandai melafazkan do'a.
Telinga ini senantiasa dipenuhi angin fitnah dan sumpah serapah..
Dua mata ini hanya bisa memandang gelimang benda-benda dan memujanya
sebagai berhala..Dua lubang hidung ini teramat susah mencium wangi
sorga.. Lubang kemaluan dan lubang pembuangan menyemburkan nafsu setiap
kuilihat syahwat tumbuh di jalan dan kelokan. Anak-anak zaman diasuh
angin malam, penuh impian di bawah jembatan peradaban. Anak-anak sejarah
tak pernah tercatat nama dan asal-usulnya. Di kolong langit makin
mewabah aneka penyakit yang menambah sesak dadaku.
Allaah.. Allaah... Allaah..
Ya, Allaah.. aku berdendang menyuarakan tasbih putih, kafan putih,
melati putih, dengan jiwa perih ya Robbana. Aku berlagu dan berguru
hanya pada-Mu. Kenapa aku dilanda ragu dan cemburu? Denganmu aku memang
bisa bergurau tetapi di hadapan-Mu ya Allaah.. aku hanya debu
diterbangkan angin dan debu yang hangus dipanggang Cahaya-Mu.
Allaah... Allaah.. Allaah..
Ya,Allah.. Aku berusaha berlagu hanya pada-Mu...Kulidahkan resah waktu
lalu.. Kunyanyikan dalam sujudku.. Kusenandungkan salah-khilafku, lalu
kubasuh dengan dingin air wudhu. Kupadamkan api benci di hati.
Kupahamkan api sufi di hati.. Kupahamkan, kusahamkan iman dan amalan.
Kusahamkan, kuqatamkan dan kukuburkan dendam di hati...
ya,
Robbana, rebana bertalu-talu di hatiku yang merindu maghfirah-Mu. Rebana
berdentam-dentam siang malam.. Rasa cinta kulidahkan di atas sajadah
basah, tapi resah tak terbasuh dan jiwa masih lusuh dan kumuh...
Allaah... Allaah... Allaah.
Ya, Allaah.. Aku mengarungi lautan gelisah yang membuncah... Ba' ikan,
aku megap-megap di daratan. Tersuruk di lumut dan bebatuan. Terdampar
mendekap luka sendirian...
Allaah... Allaah.. Allaah..
Ya,
Allaah.. kulukai dadaku sendiri dengan lafaz do'a..Kunyanyikan luka
hati di dalam geriap tarian jemari.. Malam kian kelam namun mulut dan
batinku tak bisa diam, tikamkan belati Cinta-Mu sedalam iman.. Remukkan
rusuk Adam sebelum bersemayam.. Kukuburkan luka menganga di bawah
rindang daun kamboja...
Ya, Robbana, rebana menggema dalam
hatiku yang rindu Senyum Manis-Mu.. Apa yang kudamba kini hanya satu,
Ya, Kasihku.. ampunilah segala dosa dan salahku... Allaahumma ya,
Robbana.. Kubenahi jasad, Kucuci hati. Kubenahi jihad dan niat..
kubenahi syariat dan hakikat.. kusempurnakan tarikan nafas tarekat untuk
selalu terikat pada makrifat..
Allaah... Allaah.. Allaah...
Ya, Allaah.. Rebana cintaku bertalu-talu.. Menghalau pisau.. Risau dada
ini, Nganga terbuka.. Berdarah dan bergairah.. Peluk dan dekaplah aku
di kedalaman Cengkeraman-Mu yang Maha Dalam, Yang Maha Pualam, Yang Tak
Pernah Diam...
Untukmu yang kusayang..
M.B.
Sudut Empatiku
120913 —
Tidak ada komentar:
Posting Komentar