(14)
Kubenam rasa pada bulan memudar pucat
Kuhirup malam bertabur aroma mawar di beranda tua yang lapuk
Bambunya
diterjang zaman
Tempat aku menulis syair-syair masa depan
Bulan masih
tetap sama dalam kabut tipis
Seperti kemarin saat aku kembali merangkai
puisi cinta
Untuk seseorang di pulau sebrang
Sendiri aku di pelabuhan sepi
Ditemani bayang semu memancar di laut
Tentang kangenku yang membuncah akan mawar di pulau seberang
Mendesak aku mengayuh sampan
Melewati gelora samudra demi sekedar menatap mata sayumu
Kekasih..
Di hitamnya malam masih ada cahaya yang takan pernah padam di hatiku
Membentuk satu Dunia yang dihuni para pujangga langit
Saat mentari terbit dan tenggelam kita akan sama-sama menikmatinya.
Saat bintang membetuk namamu di langit aku bisa melihatnya
Sudah kukelilingi mimpi untuk memecahkan misterinya
tapi belum kutemu jua jawabnya
Ingin kucari bayangmu di jingga senja
Akan kukayuh sampan yang rapuh sekalipun
Meyusuri pulau demi pulau karena aku anak kembara
Anak pulau yang resah
Anak pulau sang pemimpi
Anak pulau pujangga
Di pelabuhan sepi ini..
Ingin kuhirup kembali aroma mawarmu
Ingin kutulis kembali syair cinta
Hingga matahari terbenam, untukmu
Hanya untukmu
Sudut Rasa Empati
M.B
160913
Tidak ada komentar:
Posting Komentar